Satu dari sekian banyak skill yang harus dapat dikuasai oleh tenaga medis adalah mampu memiliki komunikasi yang baik. Kemampuan seperti ini, akan sangat banyak membantu tenaga medis dalam berbagai proses penanganan pasien yang ada. Adapun komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi verbal, maupun komunikasi non-verbal.
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan pengungkapan bahasa yang jelas, sederhana, dan mudah dipahami oleh pasien. Mereka, tenaga medis dituntut untuk bisa menyesuaikan gaya bahasa dengan lawan bicaranya.
Apabila pasien memiliki latar belakang pendidikan yang rendah, dan terlihat dengan jelas memiliki kemampuan penalaran yang kurang baik, maka tenaga medis tidak perlu menyampaikan berbagai istilah medis yang rumit. Penyesuaian juga berlaku untuk kondisi pasien lainnya. Lalu, apa itu komunikasi non-verbal?.
Komunikasi non-verbal adalah komunikasi yang memanfaatkan gerak tubuh, seperti gerakan tangan yang membentuk simbol-simbol tertentu, kontak mata, bibir dan lain sebagainya. Komunikasi seperti ini wajib untuk tenaga medis pahami dengan baik, karena dapat membantu mereka mengerti kondisi pasien, terlebih lagi di saat-saat genting.
Baca Juga: Simulasi Ventilator dengan VR: Pelatihan Cepat & Aman untuk Tenaga Medis
Apakah mereka sedang merasakan sakit atau sedang bahagia. Penguasaan komunikasi yang baik dengan pasien, akan meningkatkan empati dari dalam diri tenaga medis. Selain itu, tenaga yang memiliki kemampuan komunikasi yang baik, akan dengan mudah mendapatkan rasa hormat dari pasien.
Ada banyak manfaat yang bisa kita dapatkan dari kemampuan komunikasi yang baik dalam dunia medis. 5 di antara banyak manfaat tersebut adalah;
Untuk bisa memiliki kemampuan komunikasi medis yang baik, Anda dapat mempelajari berbagai teknik-teknik komunikasi yang aplikatif. 3 di antara banyak teknik komunikasi aplikatif tersebut adalah;
Active Listening. Kemampuan berkomunikasi, di mana tenaga medis fokus untuk menjadi komunikan atau pendengar yang baik. Alih-alih memberikan sanggahan akan penjelasan pasien langsung yang mungkin terdengar aneh, Anda justru harus lebih fokus mendengar keluhan pasien, sampai benar-benar selesai. Gunakan kembali kata-kata yang pasien gunakan, demi memperkuat kesan bahwa Anda memahaminya.
SOAP (Subjective, Objective, Assessment, Plan). Sesuai dengan akronimnya, SOAP adalah metode komunikasi di mana tenaga medis akan berusaha terlebih dahulu memahami penjelasan pasien, melihat hasil pemeriksaan pasien, melakukan pengkajian ulang, dan terakhir membuat perencanaan penanganan yang tepat.
SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation). Teknik komunikasi klinis ini, dimulai dari memahami terlebih dahulu kondisi pasien, melihat riwayat pengobatan, melakukan pengkajian ulang, lalu memberikan rekomendasi penanganan penyakit.
Lalu, bagaimana caranya menerapkan ketiga atau banyak teknik komunikasi klinis lainnya?. Tentu saja dengan melakukan banyak pelatihan. Tenaga medis, terlebih yang pemula, harus lebih banyak melakukan pelatihan komunikasi langsung dengan pasien di rumah sakit.
Masalahnya, tidak setiap waktu tenaga medis pemula ini, bisa mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan pasien di rumah sakit. Apalagi untuk pasien dengan penyakit menular atau membutuhkan lebih banyak ruang gerak atau steril.
Diperlukan media pembelajaran lain yang jauh lebih bersahabat untuk mereka, tenaga medis pemula. Tantangan inilah yang kemudian coba dijawab oleh Vilabs, bersama dengan Universitas Airlangga yang diwakili dr. Lailatul Muqmiroh, Sp.Rad(K).
Kolaborasi antara keduanya menghasilkan produk AI baru yang dinamakan AI Doctor. Kita juga dapat menyebut AI Doctor sebagai AI Hologram for Interpersonal Healthcare Training. Program AI yang dirancang ini, diharapkan mampu memberikan pengalaman belajar yang jauh lebih realistis dan interaktif untuk tenaga medis.
Di dalam AI Doctor ini, terdapat banyak fitur keren seperti;
Kemampuan komunikasi yang baik, baik verbal maupun non-verbal, adalah kunci penting dalam membangun hubungan efektif antara tenaga medis dan pasien. Melalui inovasi seperti AI Doctor dari Vilabs, pelatihan komunikasi klinis kini bisa dilakukan secara realistis dan interaktif tanpa harus bergantung pada kondisi rumah sakit.
Baca Juga: Rumah Sakit Digital: Bagaimana VR dan AI Meningkatkan Standar Pelayanan?