Salah satu akses fasilitas umum yang wajib untuk masyarakat dapatkan adalah rumah sakit. Rumah sakit adalah lembaga pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan. Rumah sakit memiliki banyak peranan penting dalam kehidupan manusia, seperti;
Dengan peranan penting yang dimiliki rumah sakit dalam kehidupan sehari-hari manusia, tidak heran jika konsen pemerintah terhadap kualitas pelayanan rumah sakit, terutama dari negara maju, menjadi salah satu prioritas utama, selain pendidikan. Negara maju berlomba-lomba untuk memberikan fasilitas rumah sakit yang benar-benar memadai untuk masyarakatnya.
Lalu, bagaimana dengan di Indonesia?. Didapatkan dari Ehealth.co.id, jumlah rumah sakit di Indonesia pada periode 2019-2023 mengalami peningkatan sebesar 9,7% dari 2.877 rumah sakit pada tahun 2019, menjadi 3.155 pada tahun 2023.
Lantas, apakah dengan perkembangan jumlah rumah sakit ini, sudah cukup untuk menjadi jawaban peningkatan kualitas pelayanan yang diberikan?. Tentu saja tidak ya. Kuantitas tidak dapat menjamin kualitas.
Menurut Menteri Kesehatan, era Presiden Joko Widodo dan sekarang juga di era Presiden Prabowo Subianto, Indonesia masih mengalami banyak masalah pelayanan kesehatan. Salah satu dari sekian banyak masalah pelayanan kesehatan tersebut, meliputi;
Layanan primer, seperti pemberian pelayanan kesehatan di lingkup fasilitas kesehatan seperti puskesmas, klinik, dan tempat khusus praktik mandiri dokter umum atau spesialis. Layanan sekunder seperti pemberian pelayanan kesehatan di lingkup fasilitas kesehatan seperti rumah sakit pemerintah pusat, rumah sakit pemerintah daerah, dan juga swasta yang terdaftar.
Kedua jenis layanan ini, memiliki 3 masalah utama yakni fragmentasi sistem informasi kesehatan, pencatatan data pasien yang mengalami error, tidak adanya standarisasi dan integrasi data kesehatan.
Lantas bagaimana solusi terbaik untuk pemerintah dapat mengatasi masalah seperti ini?. Satu dari sekian banyak solusi yang digunakan, adalah dengan menerapkan konsep rumah sakit digital.
Konsep rumah sakit digital ini, di masa sekarang dapat kita pahami sebagai bentuk pelayanan pasien yang memanfaatkan teknologi canggih, seperti AI (Artificial Intelligence) dan juga Virtual Reality. Kedua teknologi ini, menjadi 2 dari sekian banyak teknologi canggih yang memiliki peranan penting dalam revolusi industri.
Kita akan mulai membahas konsep rumah sakit digital menggunakan teknologi AI terlebih dahulu.
AI adalah konsep teknologi yang pertama kali dikembangkan oleh John McCarthy di tahun 1950-an. Teknologi ini, pertama kali dikembangkan untuk membantu melengkapi kemampuan kognitif manusia yang terbatas pada pekerjaan berulang dan juga memiliki skala yang sangat luas.
AI terus mengalami perkembangan dari masa ke masa, dan sekarang penerapannya sudah bisa kita temukan dalam dunia medis. Dalam dunia medis, AI mampu membantu tenaga kesehatan dalam melakukan analisis data yang lebih cepat dan juga detail. AI dapat membantu dokter menginterpretasikan hasil tes medis, seperti pencitraan radiologi, rekam medis pasien, dan juga hasil lab lebih akurat.
Konsep teknologi ini, sudah diterapkan dalam berbagai perangkat kesehatan seperti MRI, CT Scan juga X-ray. Tidak hanya itu saja, konsep teknologi ini juga sudah diterapkan pada teknologi Clinical Decision Support System.
Ya, ada banyak contoh penerapan AI dalam dunia medis ini. Dari Vilabs, perusahaan pengembang sistem imersif, asal Jogja, Indonesia, juga sudah ikut andil dalam pengembangan penerapan AI dalam dunia medis. Kita dapat melihat salah satu contoh nyata kinerja mereka pada produk AI Doctor.
AI Doctor atau AI Hologram for Interpersonal Healthcare Training, adalah alat inovatif yang dirancang untuk dapat meningkatkan keterampilan komunikasi klinis. AI doctor ini, memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dengan pasien berbentuk 3D Dari pasien 3D inilah, tenaga kesehatan dapat belajar cara menangani pasien yang baik dan juga benar.
Dari penjelasan penerapan AI dalam dunia medis sebelumnya, kita dapat mengetahui bahwa AI adalah solusi terbaik untuk masalah yang berkaitan dengan sistem data pasien. Tapi, mengandalkan AI saja jelas tidak akan cukup untuk konsep rumah sakit digital, secara komprehensif.
Kita tetap perlu melatih diri untuk tetap bisa mengambil keputusan penanganan pasien yang tepat, dan tidak terlalu bergantung pada AI. Kita memerlukan teknologi yang dapat memberikan kita, pengalaman pelatihan penanganan pasien dalam berbagai situasi. Baik itu situasi darurat, atau situasi pada umumnya. Lalu, teknologi apakah itu?.
Jelas jawabannya adalah teknologi virtual reality (VR). Teknologi ini memungkinkan penggunanya untuk dapat melakukan interaksi dengan objek 3D langsung di dalam dunia simulasi, sebagai sosok avatar yang baru. Teknologi ini, memungkinkan kita untuk dapat mensimulasikan berbagai kondisi penanganan pasien.
Simulasi yang diberikan ini, jelas akan menjadikan pengalaman peserta pelatihan atau tenaga kesehatan, jauh lebih imersif dan juga menyenangkan. Simulasi seperti ini, dapat mengurangi risiko kecelakaan kerja akibat pengambilan keputusan yang salah. Melalui VR, tenaga kesehatan dapat belajar dari kesalahan mereka, dan itu akan secara perlahan meningkatkan keterlibatan mereka dalam proses belajar.
Perlu diketahui juga bahwa VR, dapat digunakan sebagai bagian dari metode rehabilitasi pasien. Sama seperti sebelumnya, Vilabs juga tidak mau ketinggalan mengembangkan VR untuk dunia medis ini.
Baca Juga: Haji Via Virtual Reality, Apa Hukumnya? Orang Islam Wajib Tahu Ini!
Kita dapat menyebut 3 produk mereka yakni VR Hemodialysis, VR Ventilator, dan juga VR CT Scan Training, sebagai contoh nyata kinerja Vilabs..
Untuk bisa menjalankan konsep rumah sakit digital, jelas bukanlah perkara yang mudah. Ada banyak tantangan yang harus siap dihadapi. 6 di antara banyak tantangan tersebut adalah;
Konsep rumah sakit digital dengan penerapan AI dan VR menawarkan solusi inovatif untuk meningkatkan efisiensi, akurasi diagnostik, dan pengalaman pasien dalam pelayanan medis.
Meskipun jumlah rumah sakit di Indonesia terus bertambah, peningkatan kualitas layanan masih menjadi tantangan akibat sistem informasi yang terfragmentasi dan kurangnya standarisasi data.
AI berperan dalam analisis data medis yang lebih cepat dan akurat, sementara VR mendukung pelatihan tenaga kesehatan serta rehabilitasi pasien.
Namun, implementasi rumah sakit digital masih menghadapi berbagai kendala, seperti biaya tinggi, keamanan data, regulasi medis, serta kesiapan SDM dan aksesibilitas, yang perlu diatasi agar manfaat teknologi ini dapat dirasakan secara luas.
Inilah penjelasan lengkap tentang rumah sakit digital, rumah sakit berbasis AI dan juga berbasis VR.
Apabila Anda berminat untuk menciptakan aplikasi virtual realitynya sendiri sesuai kebutuhan bisnis yang ada, hubungi saja Vilabs. Anda bisa menghubungi mereka melalui klik tombol WhatsApp di bawah ini;