Pada artikel sebelumnya, kita telah membahas tentang konsep rumah sakit digital secara cukup terperinci. Dari penjelasan yang sebelumnya mimin berikan di artikel tersebut, rumah sakit digital adalah rumah sakit yang sistemnya sudah terintegrasi dengan peralatan digital. Tentu saja ada banyak peralatan digital yang dapat kita gunakan.
Baca Juga: Apa itu Rumah Sakit Digital?
Satu di antara banyak peralatan digital tersebut adalah virtual reality. Virtual reality sendiri adalah konsep teknologi yang pertama kali dikembangkan oleh Ivan Sutherland melalui mesin ciptaannya yang bernama Head-Mounted Display. Konsep ini, pertama kali muncul di permukaan pada tahun 1950-an.
Konsep dan juga istilah virtual reality semakin populer setelah di era tahun 80-an, tepatnya setelah Jaron Lanier bersama dengan perusahaannya VPL Research, melakukan gebrakan besar.
Dari yang dulu hanya diperuntukkan untuk keperluan di industri hiburan, seperti memberikan pengalaman menonton film yang lebih nyata, VR (Virtual Reality), mulai banyak diterapkan untuk industri lain, termasuk industri kesehatan.
Kemampuan VR dalam membuat simulasi 3D, menjadikannya sebagai sarana yang tepat untuk membantu tenaga medis dalam melakukan berbagai proses pelatihan. VR memudahkan tenaga kesehatan lakukan simulasi medis digital untuk berbagai kondisi. Tidak heran jika VR banyak ditemukan di berbagai sektor pendidikan kedokteran atau sejenisnya.
Di dalam artikel ini, mimin akan membahas lebih dalam tentang contoh penerapan virtual reality untuk pendidikan kedokteran. Penasaran bagaimana penjelasan lengkap virtual reality ini untuk pendidikan kedokteran?. Simak baik-baik artikel ini ya!.

Secara umum, manfaat daripada penerapan virtual reality untuk pendidikan kedokteran, dapat kita pahami ke dalam 3 bagian besar. 3 bagian besar tersebut, dimulai dari;
Manfaat yang pertama, adalah VR yang mampu mentransformasikan pendidikan medis jadi jauh lebih imersif. Kemampuan VR dalam membuat simulasi medis digital berbentuk 3D, tentunya akan memberikan tenaga medis visualisasi data yang lebih komprehensif, dan juga lebih mudah dipahami.
Visualisasi data seperti inilah, yang pada akhirnya akan membantu meningkatkan pemahaman materi dari peserta pelatihan. Tingkat kepercayaan diri dan keterlibatan peserta dalam proses yang ada, meningkat signifikan.
Melalui VR, kita dapat melakukan simulasi bentuk dari bagian dalam tubuh manusia. Kemampuan seperti ini, seringkali diperuntukkan untuk membantu mahasiswa kedokteran baru, dalam mempelajari berbagai proses pembedahan organ dalam yang kompleks, sebut saja salah satunya adalah pembedahan Cadavers.
Rasa takut dalam menghadapi mayat sungguhan dari mahasiswa kedokteran dapat berkurang secara perlahan. Selain itu, mahasiswa kedokteran dapat belajar tentang apa itu ilmu ortopedi dengan cara yang lebih menyenangkan.
Apakah hanya itu saja?. Tentu tidak ya. VR dapat membantu tenaga kesehatan untuk dapat terhubung dengan ahli ilmu kedokteran tanpa perlu takut batasan ruang dan waktu. Proses kolaborasi jarak jauh pun dapat dilakukan melalui VR ini.
Efek domino dari visualisasi data tingkat lanjut yang diberikan oleh VR, plus mudahnya proses kolaborasi bersama dengan ahli, tentunya akan semakin mematangkan mental serta logika dari peserta pelatihan.
Mereka jadi tahu bagaimana cara melakukan penanganan pasien yang tepat, sesuai dengan kondisi-kondisi tertentu. Simulasi medis digital dari aplikasi VR memungkinkan pengguna membuat berbagai lingkungan 3D untuk berbagai kondisi pasien, untuk berbagai jenis penyakit.
Tidak hanya itu saja, VR juga memberikan kesempatan kepada peserta pelatihan untuk dapat memahami dengan baik cara penggunaan fasilitas kesehatan yang besar. Jika Anda sudah membaca artikel mimin sebelumnya tentang rumah sakit digital, di sana mimin memberikan 3 contoh aplikasi VR yang dapat membantu proses pembelajaran fasilitas atau alat kesehatan lebih mudah.
3 contoh aplikasi VR ini adalah;
Manfaat virtual reality untuk pendidikan kedokteran yang terakhir, adalah mampu menjadikan terapi fisik atau rehabilitasi, jadi lebih menyenangkan. Dapat dikatakan bahwa VR adalah cara menyenangkan untuk seseorang dapat melewati PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder).
Melalui simulasi medis digital yang diberikan, pasien dapat merasa terbantu secara mental untuk menghadapi masalah kesehatan yang ia miliki. Baik itu yang berhubungan dengan sebelum atau pasca operasi, atau pun yang tidak berhubungan sama sekali dengan operasi.
Metode ini, jelas memberikan warna tersendiri untuk mahasiswa kedokteran dalam upaya penanganan pasien yang tepat sasaran.

Berbicara tentang contoh penerapan virtual reality untuk pendidikan kedokteran, tentu saja kita akan menemukan banyak contohnya. Apalagi jika kita coba menelaah dari negara-negara maju seperti Singapura, Jepang, China, Jerman, Amerika Serikat dan lain-lain.
Tapi, ini bukan berarti dari negara berkembang seperti Indonesia, inovasi VR dalam dunia kesehatan tidak ada sama sekali. Inovasi yang dilakukan oleh perusahaan Vilabs melalui 3 aplikasi VR yang sebelumnya sudah mimin jelaskan, jadi bukti nyata akan adanya inovasi tersebut.
Selain 3 aplikasi VR tersebut, Vilabs juga sudah mengembangkan aplikasi VR dalam kesehatan lain yang bernama simulasi triase di metaverse. Aplikasi ini dirancang khusus untuk dapat melatih keterampilan klinis bagi mahasiswa keperawatan, terutama dalam upaya melatih triase di ruang Instalasi Gawat Darurat.
Aplikasi VR yang dirancang ini, memiliki 6 fitur dan skenario utama. 6 fitur dan skenario itu adalah;
Untuk keterangan lebih lengkap tentang aplikasi VR ini, dapat Anda baca melalui klik link ini.
Inilah penjelasan lengkap tentang VR untuk pendidikan kedokteran. Secara garis besar, VR dapat membantu tenaga kesehatan dalam proses pelatihan yang lebih menyenangkan, keputusan penanganan pasien yang lebih tepat, serta memberikan terapi fisik atau mental gaya baru.
Apabila Anda berminat untuk menciptakan aplikasi virtual realitynya sendiri sesuai kebutuhan bisnis yang ada, hubungi saja Vilabs. Anda bisa menghubungi mereka melalui klik tombol WhatsApp di bawah ini;