
Seseorang yang Terkena CTS kerap Merasakan Nyeri pada Tangan (Dok PT VILABS)
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) tidak lagi menjadi isu kecil di tengah masyarakat modern. Di tengah maraknya penggunaan perangkat digital dan tingginya intensitas aktivitas repetitif, CTS tidak hanya menimbulkan keluhan kesemutan atau nyeri, tetapi juga mengganggu kualitas tidur akibat gejala malam yang tajam dan mengganggu.
Dalam banyak kasus, pasien terbangun berulang kali karena rasa baal dan nyeri pada tangan, yang pada akhirnya menurunkan produktivitas serta kualitas hidup.
Seiring kemajuan teknologi medis, berbagai rumah sakit dan pusat rehabilitasi mulai melirik pendekatan baru untuk memperbaiki hasil terapi. Salah satu yang kini muncul sebagai kandidat kuat adalah penggunaan Virtual Reality (VR) dalam program latihan tendon dan nerve gliding.
Sebuah studi klinis terbaru yang dipublikasikan pada European Journal of Physical and Rehabilitation Medicine memberikan gambaran menarik tentang bagaimana VR mampu meningkatkan efektivitas terapi konservatif bagi pasien CTS.
Penelitian tersebut melibatkan puluhan pasien dengan CTS derajat ringan hingga sedang dan membandingkan tiga pendekatan: latihan gliding menggunakan VR, latihan yang sama namun hanya melalui video tanpa aktivasi VR, serta panduan latihan mandiri melalui brosur. Seluruh peserta tetap menggunakan wrist splint saat malam hari sebagai bagian dari terapi standar.
Penelitian ini menggunakan alat VR berbasis Leap Motion, yaitu sebuah sensor kecil yang mampu membaca gerakan tangan secara real-time. Saat pasien menggerakkan tangan di atas sensor, layar komputer menampilkan tangan virtual yang mengikuti setiap gerakan mereka.
Visualisasi ini membantu pasien memahami apakah posisi jari, pergelangan, dan urutan gerakan tendon maupun nerve gliding sudah dilakukan dengan benar.
Berbeda dengan latihan menggunakan brosur atau video, sistem VR ini memberikan umpan balik visual langsung. Oleh karena itu, kesalahan posisi, yang sering terjadi dan dapat memperburuk gejala, bisa diminimalkan. Dengan kata lain, teknologi VR membantu membuat latihan gliding menjadi lebih presisi, menarik, dan mudah diikuti.
Hasil penelitian menunjukkan temuan yang sangat penting bagi dunia rehabilitasi. Kelompok yang berlatih menggunakan VR menunjukkan penurunan gejala malam yang jauh lebih signifikan dibanding kelompok lainnya.
Penurunan hingga lebih dari tiga poin pada skala intensitas gejala nahbukan hanya berarti baik secara statistik, tetapi juga secara klinis. Bagi pasien CTS, dapat tidur tanpa dibangunkan rasa baal dan nyeri adalah perubahan kualitas hidup yang sangat terasa.
Selain itu, VR juga menghasilkan peningkatan lebih besar dalam kemampuan merasakan getaran. Hasil ini penting karena menunjukkan adanya perbaikan pada serabut saraf sensorik besar yang sering kali terganggu pada CTS.
Dengan kata lain, VR tidak hanya membantu pasien mengurangi gejala, tetapi juga mendukung pemulihan fungsi sensorik dengan cara yang lebih optimal.
Penggunaan VR memberikan sesuatu yang tidak dapat ditawarkan oleh latihan mandiri, yakni umpan balik visual real-time. Pasien dapat melihat pergerakan tangan virtual yang bergerak mengikuti gerakan tangan mereka sendiri.
Setiap sudut pergelangan, posisi jari, dan rentang gerakan menjadi lebih terkontrol. Keakuratan ini sangat penting, karena latihan gliding yang tidak tepat justru berpotensi meningkatkan tekanan pada median nerve dan memperburuk gejala.
Melalui VR, kesalahan-kesalahan kecil dapat diminimalkan, dan latihan menjadi jauh lebih efektif
Teknologi VR mampu menghadirkan pengalaman latihan yang lebih menarik, interaktif, dan mudah diikuti. Lebih dari itu, VR dapat membantu mengurangi beban tenaga terapi dalam supervisi latihan yang biasanya memerlukan perhatian penuh.
Di masa depan, pasien berpotensi melakukan latihan kompleks secara aman dan mandiri melalui sistem VR yang terstruktur.
Sebagai perusahaan teknologi kesehatan yang aktif mengembangkan solusi rehabilitasi berbasis VR dan sensor fisiologis, VILABS melihat penelitian ini sebagai tonggak penting. Hasil ilmiah tersebut menunjukkan bahwa VR bukan hanya alat hiburan atau simulasi, tetapi juga platform terapi yang mampu memberikan dampak klinis nyata.
Ke depan, VILABS berkomitmen untuk terus memperkuat kolaborasi dengan institusi kesehatan, akademisi, dan peneliti untuk membawa teknologi VR ke dalam praktik rehabilitasi sehari-hari. Penelitian semacam ini hanya awal dari perkembangan besar menuju layanan terapi yang semakin efektif, terukur, dan ramah pasien.
Tertarik untuk berdiskusi lebih lanjut? Hubungi Tim VILABS untuk menjajaki pengalaman kolaborasi lebih lanjut.